Kamis, 30 Agustus 2012

BAHAN AJAR SISTEM REPRODUKSI


Sistem Reproduksi
A. Reproduksi Pria dan Proses Pembentukan Sperma
            1. Struktur Organ Reproduksi Pria
            Organ-organ reproduksi pria mulai berkembang pada masa anak laki-laki menginjak usia 9-15 tahun dan akan berhenti perkembangannya pada usia 20 tahun. Alat-alat reproduksi pada pria meliputi :
            a. Penis
            Penis terdiri dari jaringan otot, jaringan spons yang lembut, pembuluh-pembuluh darah, dan jaringan saraf. Urin keluar dari tubuh pria melalui lubang kecil yang terletak di ujung kepala penis.
            b. Buah zakar
            Buah zakar terdiri dari kantong yang di dalamnya terdapat sepasang testis dan bagian-bagian lainnya. Kulit luar yang melindungi disebut skrotum.
            c. Testis
            Merupakan alat untuk memproduksi sperma. Di dalam testis terdapat saluran-saluran halus disebut saluran penghasil sperma (tubulus seminiferus). Dinding sebelah dalam saluran terdiri dari : jaringan epitelium dan jaringan ikat. Pada jaringan epitelium terdapat :
1.      Sel Induk Sperma (Spermatogonium) yaitu colon sperma
2.      Sel Sertoli yang berfungi memberi makan sperma
3.      Sel Leydig yang berfungsi menghasilkan hormon testosteron.
Proses pembentukan sperma manusia dipengaruhi oelh hormon-hormon berikut ini :
1. Hormon Gonadotropin
      Hormon ini dihasilkan oleh hipotalamus (di bagian dasar otak) yang merangsang kelenjar hipofisis bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormon FSH dan LH.
2. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
      FSH berfungsi mempengaruhi dan merangsang perkembangan tubulus seminiferus dan sel sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein atau protein pengikat androgen) yang memacu pertumbuhan sperma.
3. LH (Luteinizing Hormone)
      Berfungsi merangsang sel-sel interstisial (sel leydig) agar mensekresikan hormon testosteron (androgen).
4. Hormon Testostron
      Berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada saat embrio belum lahir, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder.

2. Proses Pembentukan Sperma
Proses pembentukan sperma di dalam testis disebut spermatogenesis. Spermatogenesis dimulai dari pembelahan mitosis sel-sel induk sperma (Spermatogonium) beberapa kali hingga dihasilkan lebih banyak spermatogonium. Setengah dari sel-sel spermatogonium terus melanjutkan pembelahan mitosis, sedangkan setengah yang lain membesar menjadi spermatosit pimer. Oleh karena proses pembentukan spermatosit primer melalui pembelahan mitosis, maka hasilnya memiliki kromosom diploid (2n) sama dengan spermatogoniumnya. Spermatosit primer berikutnya membelah secara meiosis (tahap I) menghasilkan spermatosit sekunder, dengan kondisi kromosom haploid (n). Spermatosit sekunder melanjutkan pembelahan meiosis (tahap II) menghasilkan dua sel juga haploid, yang disebut spermatid, sehinga diperoleh 4 spermatid. Sel-sel spermatid akan mengalami diferensiasi (perubahan bentuk) menjadi sel spermatozoa atau sperma. Perubahan itu meliputi pembentukan kepala, badan dan ekor (flagela). Peristiwa perubahan sel spermatid menjadi sperma disebut spermiogenesis.

Struktur sperma terdiri dari tiga bagian berikut ini :
1. Kepala ; mengandung inti sel, pada bagian ujungnya terdapat akrosom yang dibentuk dari badan golgi. Akrosom menghasilkan enzim, yaitu enzim hialoronidase dan proteinase yang berfungsi membantu sperma menembus sel telur.
2. Bagian tengah ; terdapat mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif.
3. Ekor ; sebagai alat gerak sperma agar dapat mencapai ovum.
Sperma yang terbentuk akan mengalir ke saluran pengumpul yang disebut epididimis. Dari epididimis, sperma meniggalkan testis melalui vas deferensia, kemudian ditampung di dalam kantong sperma (vasikula seminalis). Dari kantong sperma, sperma dialirkan melalui saluran penyembur (duktus ejakulatoris). Sperma mendapat tambahan cairan dari kelenjar prostat. Cairan prostat merupakan media sperma, yang memberi makan sperma dan menjaga pH sperma.

A. Reproduksi Wanita Dan Proses Pembentukan Ovum
1. Struktur Organ Reproduksi Wanita
            Alat reproduksi wanita bagian luar disebut vulva yang terdiri atas sepasang bibir kemaluan, yaitu bibir luar (labia mayor), dan bibir dalam (labia minor), selanjutnya ada klitoris (kelentit), lubang saluran kencing, lubang saluran vagina, selaput dara (himen) dan kelenjar Bartholin.

      2. Proses Pembentukan Ovum
            Proses pembentukan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis. Ovarium mengalami pertumbuhan sejak fase embrio hingga dewasa. Ovarium di dalam tubuh embrio mengandung sekitar 600.000 buah sel induk telur yang disebut oogonium.
            Pada umur embrio lima bulan, oogonium memperbanyak diri secara mitosis, membentuk kurang lebih 7000.000 oosit primer. Pada saat embrio berumur 6 bulan, oosit primer sedang dalam tahap meiosis (profase I). Setelah itu terjadi pengurangan jumlah oosit primer sampai lahir. Pada saat lahir, dua ovarium mengandung 2.000.000 oosit prime. Selanjutnya oosit primer tersebut istirahat sampai masa pubertas. Pada waktu anak berumur 7 tahun jumlahnya menyusut lagi menjadi sekitar 300.000-400.000 oosit primer.

            Setelah masuk masa puberitas, seorang anak perempuan akan mengalami masa menstruasi atau haid. Saat itu hipofisis anak perempuan mampu menghasilkan FSH, dan oosit primer yang terbentuk melanjutkan pembelahan meiosis I-nya menghasilkan 2 sel yang ukurannya tidak sama. Sel yang berukuran besar disebut oosit sekunder, dan sel yang berukuran kecil disebut badan polar I. Penyelesaian tahap meiosis I adalah disekitar menjelang ovulasi. Oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II dan berhenti pada metafase II. Jadi pada saat ovulasi, yang dikeluarkan bukan ovum, melainkan oosit sekunder pada metafase II.
            Oogonium dan oosit terdapat di dalam folikel telur. Folikel adalah sel-sel pembungkus ovum yang penuh cairan. Folikel yang tumbuh memiliki tahap pertumbuhan sejak dari folikel primer, sekunder sampai tersier. Peubahan folikel ini dikendalikan ileh FSH. Pada saat menjelang ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel graaf, yaitu folikel matang yang siap melepaskan ovum dari ovarium. Ketika terjadi ovulasi, folikel akan meluruh sehingga oosit dapat keluar. Folikel yang tersisa di ovarium akan mengalami pelipatan pada dindingnya dan disebut korpus luteum (badan kuning). Jika tidak terjadi kehamilan, dalam 2 minggu korpus luteum akan mati dan menjadi korpus albikan.
            Jika tidak terjadi pembuahan oleh sperma, oosit sekunder akan mati. Jika terjadi pembuahan sperma, oosit sekunder akan melengkapi tahapan meiosis II. Hasilnya adalah satu sel besar disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua. Sementara itu badan polar pertama menghasilkan dua badan polar. Menjelang terjadinya peleburan inti sel telur dengan inti sel sperma, ootid berkembang menjadi ovum (telur). Sedangkan ketiga badan polar tidak berfungsi dan berdegenerasi. Dengan demikian hasil oogenesis adalah sel ovum yang besar dan tiga sel badan polar.
            Seperti halnya spermatogenesis, proses oogenesis juga dipengaruhi oleh berbagai jenis hormon. Hormon-hormon tersebut dapat dihasilkan oleh hipofisis (kelenjar pituitari) atau ovarium sendiri.

      3.   Menstruasi Pada Wanita
            Jika sel telur tidak bertemu dengan sel sperma yang berarti tidak terjadi pembuahan, sel telur dan seluruh jaringan yang terbentuk pada dinding rahim akan luruh dan dikeluarkan dari rahim sebagai menstruasi (haid).
            Siklus menstruasi berkaitan dengan pembentukan sel telur dan penebalan endometrium. Pada manusia, siklus menstruasi rata-rata 28 hari, namun tidak semua orang mempunyai siklus yang sama, ada yang masanya 21 hari, dan ada pula yang 30 hari. Siklus ini dikendalikan oleh hormon-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.
            Pada akhr siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin akan merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH (hormon pemicu pembentukan folikel). Pada awal siklus berikutnya pada hari pertama sampai ke-14, folikel akan melanjutkan perkembangannya karena pengaruh FSH. Setelah itu terbentuk folikel yang sudah masak (follikel graaf) dan menghasilkan hormon estrogen. Masa pertumbuhan folikel ini disebut dengan fase folikel.
            Kenaikan estrogen pada saat itu berfungsi untuk mempertahankan pertumbuhan dan merangsang terjadinya pembelahan sel-sel endometrium uterus. Selain itu, estrogen berperan dalam menghambat pembentukan FSH oleh hipofisis dan merangsang folikel graaf yang telah masak untuk melakukan ovulasi. Ovulasi umumnya berlangsung pada hari ke-14 dari siklus menstruasi. Ovulasi adalah peristiwa keluar atau lepasnya oosit sekunder yang siap dibuahi sperma dari ovarium. Biasanya, pada setiap ovulasi dihasilkan satu oosit sekunder. Waktu di sekitar terjadinya ovulasi ini disebut fase estrus. LH juga merangsang folikel graaf yang telah kosong ini untuk membentuk korpus luteum (badan kuning).
            Korpus luteum menghasilkan progesteron. Progesteron mengakibatkan dinding dalam rahim (endometrium) menebal dan lembut serta banyak mengandung pembuluh darah. Selama 10 hari setelah ovulasi, progesteron dalam darah berfungsi mempersiapkan uterus untuk kemungkinan hamil. Uterus menebal sementara dinding dalam rahim (endometrium) dipenuhi pembuluh darah. Uterus siap untuk menerima dan memberi makan sel telur yang telah dibuahi disebut fase luteal. Maka, progesteron berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH.
            Apabila tidak terjadi pembuahan, maka progesteron menurun pada hari ke-26. Korpus luteum, lapisan uterus dan dinding sel meluruh pada hari ke-28 sehingga tejadi pendarahan disebut fase menstruasi. Masa subur wanita sejak menstruasi sampai masa menopause. Pada saat menopause seorang sudah tidak dapat melakukan ovulasi, karena semua oosit primer yang tersisa mengalami degradasi.

C. Fertilisasi, Kehamilan Dan Perkembangan Embrio
            1. Fertilisasi
            Fertilisasi atau pembuahan adalah peleburan antara inti sel telur dengan inti sel sperma, hanya satu yang berhasil membuahi sel telur. Fertilisasi berlangsung di saluran telur (oviduk/tabung fallopi). Saat fertilisasi, kepala sperma menembus dinding sel telur, sedangkan ekornya tertinggal di luar. Selanjutnya inti sel telur dan inti sel sperma bersatu, ovum menjadi zigot.
            Zigot berupa sel diploid (2n) dengan jumlah kromosom 23 pasang. Selanjutnya sambil bergerak ke arah uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Zigot membelah diri menjadi dua, empat, delapan, enam belas, dan seterusnya. Tahap ini disebut tahap pembelahan. Pada saat zigot mencapai 32 sel dan seperti buah arbei disebut morula.
            Morula akan berkembang membentuk blastula. Pada perkembangan selanjutnya, sel-sel bagian dalam blastula akan membentuk bakal janin (embrioblas) dan sel-sel bagian luarnya membentuk trofoblas. Trofoblas merupakan dinding yang berfungsi untuk menyerap makanan dan nantinya akan membentuk plasenta. Pada hari ke-4 atau ke-5 setelah fertilisasi, blastula kemudian bergerak menuju uterus. Selama proses ini, korpus luteum menghasilkan hormon progesteron untuk implantasi (perlekatan) embrio pada dinding uterus dengan merangsang pertumbuhan uterus. Dinding uterus menjadi lunak, tebal, dan lembut serta mengeluarkan sekret seperti air susu. Blastula kemudian melakukan implantasi di dinding uterus pada hari ke enam dan melepaskan hormon karionik gonadotropin. Hormon tersebut melindungi kehamilan dengan cara menstimulasi hormon estrogen dan progesteron sehingga menstruasi tidak dapat berlangsung.
           
            2. Kehamilan
            Kehamilan terjadi karena adanya implantasi atau tertanamnya embrio pada uterus (rahim). Zigot yang telah menempel pada dinding uterus disebut embrio. Jika embrio tersebut bertahan hingga dua bulan dan mulai tumbuh bagian atau organ-organ tubuh dan embrio sudah dilindungi berbagai selaput dan cairannya, embrio selanjutnya disebut janin atau fetus sampai pada saat bayi dilahirkan.
            Peristiwa implantasi embrio dimulai dengan hancurnya sel-sel endometrium dibagian tertentu dengan enzim, kemudian jaringan endometrium melipat membungkus embrio. Trofoblas terbenam lebih dalam dan berdiferensiasi membentuk plasenta. Embrio telah tertanam kuat pada hari kedua belas setelah fertilisasi.
            Bagian embrioblas membentuk dua lapisan pada hari kedua belas, yaitu lapisan luar (ektodermis) dan lapisan dalam (endodermis). Bagian permukaan dari lapisan ektodrem melakukan pelekukan (invaginasi) ke dalam membentuk lapisan mesodermis. Proses ini disebut gastrulasi. Pada perkembangan berikutnya, dari ketiga lapisan dasar terbentuk jaringan, organ, dan sistem organ. Keadaan ini terjadi hari minggu ke empat sampai minggu ke delapan, dan saat itu disebut fase organogenesis (pembentukan organ). Setelah periode embriogenesis, dilanjutkan dengan masa janin sampai dengan sesaat sebelum lahir. Masa janin ditandai dengan penyempurnaan jaringan-jaringan dan organ-organ dalam serta pertumbuhan tubuh yang pesat.

            3. Perkembangan Embrio
            Perkembangan janin dibagi dalam tiga tahapan besar, yaitu ;
      a.   Perkembangan pada triwulan I, mulai zigot terbentuk sampai janin berusia tiga bulan ; perkembangan terpusat pada perkembangan fungsi-fungsi organ, seperti otak, jantung, paru-paru.
      b.   Perkembangan pada triwulan II (bulan empat, lima, dan enam) pertumbuhan terpusat pada anggota tubuh yaitu kaki, tangan, dan jari-jari.
      c.   Perkembangan pada triwulan III, pembentukan sebagian besar organ telah lengkap. Jika janin terpaksa dilahirkan pada saat itu, bayi dapat hidup dan dibesarkan di luar rahim dengan menggunakan alat pemanas yang suhunya diatur seperti suhu di dalam kandungan ibunya.
                                   
            SELAPUT PADA EMBRIO
            Di sekeliling embrio terdapat membran atau selaput embrio yang di dalamnya terisi cairan. Embrio berkembang di dalam cairan tersebut. Pada embrio terdapat empat macam membran embrio, yaitu kantong kuning telur, amnion, alantois dan korion.
a. Kantong kuning telur, merupakan pelebaran endodermis dan berisi persediaan makanan bagi embrio hewan ovipar.
b.   Amnion, merupakan kantong yang berisi cairan amnion yang terbentuk dua belas hari setelah kehamilan. Berfungsi melindungi janin dari benturan dan tekanan. Cairan amnion kurang lebih sebanyak 800 ml. Pada saat akan lahir, amnion pecah dan cairan amnion keluar melalui vagina berupa air ketuban.
c.   Alantois, membran ini berfungsi sebagai organ nutrisi, respirasi, dan pembuangan sisa metabolisme. Pada manusia, membran ini mengalami rudimentasi (mengecil) sehingga berupa kantong kecil dan masuk ke dalam jaringan tubuh yang akan berkembang menjadi tali pusat.
d.   Korion, merupakan kantong yang menyelimuti embrio dan kantong lain. Korion merupakan dinding berjonjot yang terdiri dari trofoblas dan mesodermis. Jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus dan membentuk plasenta (ari-ari).
e.   Plasenta, berperan dalam pertukaran gas, untuk memasukkan makanan, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme fetus. Plasenta terbentuk seperti cakram dengan diameter 20 cm dan tebal 2,5 cm. Pada waktu hari ke-28 dari fertilisasi, plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Ukuran terbesar akan tercapai pada saat bayi akan lahir. Darah dari janin beredar ke dalam kapiler plasenta melalui pembuluh darah dalam tali pusat. Janin memperoleh makanan dan oksigen dari darah ibu dan memberikan zat-zat sisa metabolisme ke dalam darah ibu untuk dibuang. Darah ibu tidak pernah bercampur dengan darah janin, masing-masing memiliki darah sendiri-sendiri yang dipisahkan oleh jaringan ikat. Walaupun demikian virus dari ibu dapat melalui penghalang jaringan ikat dan masuk ke darah jaringan janin.

D.  Melahirkan
               Masa kehamilan dihitung sejak adanya pembuahan sampai dengan kelahiran lamanya sekitar 226 hari atau 38 minggu atau 9 bulan 10 hari. Korpus luteum akan berdegenerasi pada umur 10 minggu setelah pembuahan. Untuk memelihara kehidupan kandungan, plasenta menggantikan korpus luteum dengan memproduksi hormon progesteron dan estrogen. Semakin tua masa kehamilan, jumlah estrogen dalam darah makin semakin banyak., sedangkan progesteron semakin sedikit. Hormon lain yang membantu kontraksi uterus pada saat persalinan atau proses kelahiran adalah hormon oksitosin, yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Pada saat masa kehamilan, progesteron merangsang pertumbuhan kelenjar air susu, namun setelah lahir, hormon yang merangsang pertumbuhan kelenjar air susu adalah hormon prolaktin yang juga dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. (Syamsuri, 2007).

·         Manfaat ASI bagi bayi, antara lain :
a.       Air susu ibu yang pertama keluar (kolostrum) dan berwarna kuning merupakan susu yang bersih dan makanan yang paling cocok untuk bayi, serta mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari penyakit menular.
b.      ASI mengandung gizi yang berrnilai tinggi untuk pertumbuhan kecerdasan bayi.
c.       ASI mudah dicerna, tidak menyebabkan susah buang air besar dan alergi, selalu bersih dan segar serta mempunyai suhu yang sesuai untuk bayi. ASI juga dapat langsung diminum setiap saat dibutuhkan.
d.      ASI dapat mempererat hubungan batin antara bayi dan ibunya.

E. Kontrasepsi
Kontrasepsi ada 2 jenis, yaitu :
1.      Kontrasepsi permanen ;
o   Pada laki-laki disebut vasektomi
o   Pada wanita disebut tubektomi.
2.      Kontrasepsi non-permanen
o   Tanpa menggunakan alat bantu
o   Menggunakan alat bantu.

F.     Kesehatan Reproduksi
Jenis-jenis penyakit menular antara lain:
o   Gonorhoe
o   Sifilis
o   Herpes genital
o   Klamidia
o   Trikomoniasis
o   Kandidiasis vagina
o   HIV/AIDS.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar